Tag Archives: KAI

Pengembangan Infrastruktur Angkutan Batu Bara oleh KAI: Target dan Proyek Strategis?

PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) memperkuat komitmennya dalam pengembangan infrastruktur angkutan batu bara di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), dengan menargetkan kapasitas lintas sebesar 105 MTPA pada 2027. Investasi yang dilakukan KAI meliputi pengembangan prasarana dan sarana, termasuk pembangunan stasiun, jalur ganda, dan sarana transportasi.

Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo menekankan pentingnya pengangkutan batu bara dengan kereta api sebagai alternatif yang efisien dan ramah lingkungan, serta mengungkapkan berbagai proyek yang telah diselesaikan dan sedang dikerjakan, termasuk pengembangan lintas Lahat-Kertapati, Prabumulih-Tegineneng, dan Tegineneng-Tarahan.

Proyek strategis ini, sebagaimana yang ditetapkan dalam Perpres RI Nomor 109 Tahun 2020, akan meliputi penataan prasarana pendukung, pembangunan jalur ganda, dan rekrutmen sumber daya manusia secara berkelanjutan hingga tahun 2025.

Pada sisi sarana, KAI telah mengimpor sejumlah lokomotif dan gerbong datar untuk mendukung peningkatan kapasitas angkutan batu bara. Dengan meningkatnya target angkutan batu bara hingga 84,1 juta ton pada 2027, diharapkan akan ada dampak positif yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi regional.

Investasi yang dilakukan oleh KAI tidak hanya akan meningkatkan efisiensi logistik distribusi batu bara secara nasional, tetapi juga akan memberikan kontribusi dalam pertumbuhan perekonomian daerah Sumbagsel, dengan membuka peluang baru bagi aktivitas bisnis dan pengembangan industri di wilayah tersebut.

Dengan penekanan pada investasi infrastruktur dan sarana transportasi, artikel ini memberikan wawasan mendalam tentang upaya KAI dalam meningkatkan kapasitas angkutan batu bara di Sumbagsel serta dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.

Demikian informasi seputar angkutan batu bara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di 8detik.com.

Rencana Impor Kereta Bekas dari Jepang Terhambat, Kesepakatan Masih Belum Tercapai?

Impor KRL bekas Jepang jadi perdebatan menarik di kalangan para pejabat? Pemerintah Indonesia belum memberikan restu untuk impor kereta rel listrik (KRL) bekas Jepang. Meskipun ada usulan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mengimpor KRL bekas Jepang, tetapi pemerintah masih menilai kemungkinan tersebut. Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Mohammad Risal Wasal menjelaskan bahwa pemerintah belum menyetujui rencana impor KRL bekas Jepang karena masih menilai kelayakan dan keamanan dari KRL tersebut.

“Kami tidak tahu apakah KRL bekas dari Jepang itu sudah dilakukan up grade atau tidak, apakah sudah memenuhi regulasi di Indonesia,” kata Risal pada Selasa, 5 April.

Ia menambahkan bahwa sebelum memberikan izin impor KRL bekas Jepang, pemerintah harus memastikan bahwa KRL tersebut telah memenuhi standar keamanan dan kualitas yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Meskipun demikian, Risal menambahkan bahwa pihaknya akan terus mempertimbangkan usulan impor KRL bekas dari Jepang untuk menambah jumlah armada kereta rel listrik di Indonesia.

“Kita akan pertimbangkan dan diskusikan dengan PT KAI, dan kami akan memperhitungkan persyaratan dan aspek keamanan yang terkait,” ujarnya.

Sebelumnya, PT KAI telah mengajukan permohonan untuk mengimpor sekitar 500 KRL bekas dari Jepang guna menambah jumlah armada kereta rel listrik yang saat ini tersedia di Indonesia. Permohonan ini dilakukan setelah pihak PT KAI melihat keberhasilan pengoperasian KRL listrik impor dari Jepang pada jalur Commuter Line Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi.

Menurut Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo penggunaan KRL bekas Jepang di Indonesia merupakan alternatif yang efektif dan efisien untuk mengatasi kekurangan armada KRL di Indonesia. Ia menambahkan bahwa harga KRL bekas dari Jepang juga lebih terjangkau dibandingkan dengan KRL baru yang dijual oleh produsen asal Eropa. Hingga saat ini, pemerintah masih belum memberikan kepastian mengenai impor KRL bekas dari Jepang tersebut. Meskipun demikian, PT KAI tetap berharap agar pemerintah dapat memberikan restu untuk impor KRL bekas Jepang guna meningkatkan layanan transportasi kereta rel listrik di Indonesia.

Soal LRT Jabodebek: Dilirik Banyak Investor dan Fungsinya yang Efektif untuk Masyarakat

Dikabarkan bahwa LRT Jabodebek siap melayani masyarakat mulai pada Juli 2023 nanti. Sebanyak 31 rangkaian kereta yang beroperasi tanpa masinis ini akan melintas di tiga rute, yakni Cawang-Harjamukti Cibubur, Cawang-Jatimulya Bekasi, dan Cawang-Dukuh Atas.

Dengan kecepatan 80 km per jam, LRT Jabodebek akan mampu melayani 18 stasiun dengan durasi tempuh 40 menit sekali perjalanan. LRT Jabodebek ditargetkan dapat memuat 137 ribu penumpang per hari. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, nantinya jaringan LRT Jabodebek ini akan diperluas hingga Bogor.

Kepala Divisi LRT Jabodebek, Mochamad Purnomosidi, menyebut rencana pembangunan LRT tahap dua ini sudah sudah tertuang dalam Perpres Nomor 98 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi yang sudah diperbaharui lewat Perpres 49 tahun 2017.

“Kalau melihat dari Perpres, itu memang berikutnya dari Cibubur sampai Bogor. Kemudian dari Dukuh Atas sampai dengan Palmerah, Senayan, dan Grogol,” kata Purnomosidi ketika ditemui di Depo LRT Jabodebek Bekasi, Jawa Barat pada Selasa, 17 Januari.

Namun, Purnomosidi menyebut pembangunan LRT tahap 2 ini dilakukan setelah proyek pembangunan tahap 1 atau LRT Jatimulya-Dukuh Atas selesai. “Sekali lagi, kita masih menunggu penyelesaian ini. Kita akan buktikan bahwa ini selesai dulu. Setelah itu kita akan melangkah ke tahap berikutnya,” jelas Purnomosidi.

Ia juga menyebut bahwa banyak investor yang tertarik memberikan suntikan dana untuk pembangunan LRT tahap 2. Meski begitu, Purnomo menekankan bahwa pihaknya akan fokus untuk penyelesaian proyek transportasi dengan kecepatan 80 km per nam.

“Sebenarnya kalau investor dan lain sebagainya cukup banyak yang berminat ya. Tapi, kita buktikan. Karena ini kan driverless pertama ya dengan jarak jauh, ya variatif tapi sampai 80 km/jam itu baru pertama kali di Indonesia,” terang Purnomosidi.

Sementara itu, kesiapan Kereta Light Rail Transit atau LRT Jabodebek telah mencapai 88,4 persen. Manajer Humas KAI Jabodebek, Kuswadoyo, mengatakan mengatakan bahwa persiapan yang tengah menjadi fokus adalah pembangunan DEPO, SDM, dan kesiapan sistem.

“88,4 yang sudah selesai. Artinya, 88,4 persen ini seperti yang sudah kita ketahui ada beberapa yang belum selesai. Seperti di Depo itu beberapa belum selesai. Demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang terkait dengan sistem dan sebagainya jadi tinggal yang minor harus kita lengkapi menjelang operasi,” kata Kuswadoyo.

Kuswadoyo menyebut bahwa PT KAI telah menyiapkan 31 kereta yang akan beroperasi Juli 2023. Dari total yang disiapkan, kereta yang sudah dalam tahap proses uji coba sudah 28 kereta. Apakah Anda berminat untuk mencoba dan menggunakan LRT Jabodebek nantinya ketika sudah mulai beroperasi?