Pasar Tanah Abang: Pedagang Berjuang Hadapi Sepinya Pengunjung, Tak Kuat Kalah Saing dengan E-commerce

Perdagangan di Pasar Tanah Abang, salah satu pasar terbesar di Indonesia tengah mengalami kemerosotan yang sangat signifikan. Dalam artikel ini, kita akan mengulas bagaimana sepinya pengunjung telah menggerus omzet para pedagang, seperti yang disampaikan oleh pedagang pakaian anak, Budi, dan pedagang kain batik, Arnold.

Pandemi COVID-19 telah mengubah pola perilaku konsumen, termasuk dalam hal berbelanja. Pasar Tanah Abang yang biasanya ramai sekarang menjadi sepi, dan para pedagang merasakan dampaknya secara langsung. Budi, yang telah berjualan di pasar ini sejak tahun 2010, melaporkan penurunan omzet hingga 80% sejak Lebaran tahun ini. Bahkan dalam sehari, ia seringkali tidak dapat menjual sepotong pakaian pun.

“Lebaran kemarin lumayan, cuman ini sejak Lebaran ke sini sepi. Kalau tahun sebelumnya habis lebaran masih ada pendapatan, tapi ini ya kadang laris, kadang enggak. Seringnya kosong (tidak laku sama sekali),” ungkap Budi.

Situasi yang sama juga dialami oleh Arnold, pedagang kain batik di Pasar Tanah Abang. Meskipun masih dapat memperoleh omzet senilai Rp22 juta dalam sebulan, Arnold merasa bahwa pasar saat ini masih sangat sepi pengunjungnya. Penurunan terjadi setelah Lebaran Haji pada akhir Juni 2023.

“Sepi banget, ini aja saya belum laris sama sekali. Ini biar saya kasih contoh satu ya, (menunjukan nota pembelian sebesar Rp10 juta), ini omzet saya sebulan ke pabrik di bulan 7 (Juli). Bayangin sesepi apa. Nih pabrik ke dua (nota pembelian lain senilai Rp12 jutaan),” jelasnya.

Untuk mengatasi tantangan ini, para pedagang seperti Budi dan Arnold beralih ke penjualan online. Namun, mereka juga menghadapi persaingan yang ketat dalam e-commerce. Meskipun penjualan eceran bisa memberikan keuntungan lebih tinggi, penjualan grosir di toko tetap menjadi pilihan yang menguntungkan karena volume pembelian yang besar.

“Online lumayan laku, omzetnya lebih tinggi kalau ngecer (jual satuan). Secara total dalam sebulan omzet masih lebih tinggi di online, untuk ngecer ya,” kata Arnold. Dengan berjualan online, Arnold mengklaim dapat menghasilkan omzet sekitar Rp30 juta setiap bulannya, meskipun per hari penghasilannya mencapai sekitar Rp1 juta. Meskipun para pedagang di Pasar Tanah Abang menghadapi tantangan besar akibat pandemi dan sepinya pengunjung, mereka tetap berjuang untuk bertahan dengan berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan pola konsumen. Dengan beralih ke penjualan online, mereka berharap dapat mengatasi krisis ini dan menghidupkan kembali bisnis mereka. Semoga dengan adanya upaya untuk beradaptasi dengan perubahan, mereka dapat segera pulih dan melihat peningkatan omzet mereka di masa depan.

You May Also Like