Jerman telah mengalokasikan dana 1 miliar euro (US$ 1,2 miliar) untuk mendukun konsorsium yang ingin memproduksi sel baterai mobil listrik dan berencana untuk mendanai fasilitas penelitian untuk mengembangkan hingga generasi yang akan datang. Langkah tersebut untuk mengurangi ketergantungan pembuatan mobil Jerman pada pemsok baterai kendaraan listrik (EV) Asia.
Di sisi lain Jerman mendorong untuk membentuk kebijakan industri sebagai tanda terobosan yang sebelumnya dengan pendekatan “lepas tangan” terhadap keputusan bisnis dan merupakan bagian dari upaya Eropa membentuk aliansi baterai guna melawan dominasi perusahaan Jepang, Korea, dan Cina.
Reuters mengungkapkan bahwa Jerman telah memastikan perusahan lokal yang terlibat di seluruh rantai suplai kendaraan listrik yang disebabkan karena telah menjadi bergantung secara ekonomi pada keberhasilan industri mobil.
Meski demikian dorongan baterai mobil Jerman dapat dikatakan terlambat, sebab sejumlah pemimpin pasar Asia dapat meningkatkan keluaran. Dan beberapa ahli mengungkapkan ada risiko kelebihan yang dapat menghambat pembentukan produksi sel baterai skala besar oleh Jerman.
Sebelumnya Kementerian Perindustrian telah mencatat investasi dari Jerman di sektor manufaktur Indonesia yang terus meningkat. Jika melihat data yang ada, pada tahun 2017 Jerman telah memiliki 108 investasi manufaktur dengan nilai US$79,3 juta. Jumlah tersebut melonjak dari periode sebelumnya. Proyek tersebut didominasi pada sektoor industri baja dan mesin, kimia, dan farmasi.
Airlangga berharap komitmen investasi dari Jerman terus meningkat. Investasi terbaru adalah Siemens untuk pengembangan lokomotif kereta api dengan teknologi AC/AC. Teknologi tersebut memiliki keunggulan dengan memiliki mesin yang kuat, perawatan mesin yang sederhana, irit bahan bakar, dan emisi gas buang yang rendah.
Selain pemerintah, para investor lokal juga mengajak Investor asal Jerman agar dapat melakukan investasi di Indonesia. Salah satunya dalah pengusaha Tjandra Limanjaya yang telah menggandeng investor asal jerman untuk berinvestasi di sektor kesehatan. Tjandra menilai investasi di sektor kesehatan penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah yang banyak didatangi wisatwan luar negeri.